Sunday, April 23, 2023

Self-organize atau Mengatur Diri Sendiri

 Self-organize (dalam bahasa Indonesia disebut sebagai "mengatur diri sendiri") adalah kemampuan individu atau kelompok untuk mengatur dan mengelola tugas atau aktivitas yang mereka lakukan tanpa bantuan atau pengawasan dari orang lain. Dalam lingkungan kerja, self-organize dapat terjadi di antara anggota tim atau departemen yang memiliki tujuan dan tanggung jawab yang jelas.

Self-organize merupakan konsep yang seringkali dihubungkan dengan prinsip-prinsip manajemen lean atau agile. Dalam prinsip-prinsip ini, self-organize diartikan sebagai kemampuan individu atau tim untuk menentukan bagaimana mereka akan bekerja dalam mencapai tujuan atau target yang telah ditetapkan. Dalam proses ini, mereka diberikan kebebasan untuk memilih cara terbaik untuk menyelesaikan tugas, memutuskan siapa yang bertanggung jawab untuk melakukannya, dan menyelesaikannya dalam waktu yang telah ditentukan.

Self-organize dapat meningkatkan kinerja dan efektivitas tim karena anggota tim merasa memiliki kendali dan tanggung jawab atas tugas yang mereka lakukan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas, serta membantu mendorong kerja sama antar anggota tim. Namun, agar self-organize berhasil, diperlukan lingkungan yang inklusif, transparan, dan percaya pada kemampuan individu atau kelompok untuk mengelola tugas mereka. Manajemen juga harus memberikan dukungan yang cukup dalam hal pengembangan keterampilan, sumber daya, dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dengan efektif dan efisien.


Self Organize dalam Scrum

Self-organize adalah salah satu prinsip dasar dalam Scrum, suatu kerangka kerja agile yang digunakan untuk pengembangan produk perangkat lunak. Dalam konteks Scrum, self-organize berarti bahwa tim pengembangan memiliki otonomi dalam mengorganisasi dan menentukan bagaimana mereka akan bekerja dalam mencapai tujuan sprint yang telah ditetapkan.

Dalam Scrum, tim pengembangan dipandang sebagai tim multidisiplin yang terdiri dari individu yang memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Mereka bekerja bersama-sama dalam satu tim dan diharapkan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengembangan produk. Self-organize di Scrum mengacu pada kemampuan tim untuk mengatur dan mengelola pekerjaan mereka sendiri, dan bekerja secara mandiri untuk mencapai tujuan sprint.

Self-organize dalam Scrum memiliki beberapa manfaat, di antaranya adalah:

  1. Meningkatkan keterlibatan anggota tim: Dalam Scrum, anggota tim merasa memiliki kendali atas pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga mereka merasa lebih terlibat dan berkomitmen untuk mencapai tujuan sprint.

  2. Meningkatkan kreativitas dan inovasi: Dalam lingkungan yang self-organize, anggota tim merasa lebih bebas untuk mengekspresikan ide-ide kreatif dan inovatif, sehingga dapat membantu menciptakan solusi yang lebih baik dan lebih efektif.

  3. Meningkatkan fleksibilitas: Dalam self-organize, tim dapat menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan atau situasi yang muncul selama sprint, tanpa perlu menunggu instruksi atau persetujuan dari pihak lain.

Namun, agar self-organize berhasil dalam Scrum, diperlukan dukungan dari Scrum Master dan Product Owner. Scrum Master bertanggung jawab untuk menghilangkan hambatan atau kendala yang muncul selama sprint, sementara Product Owner harus memastikan bahwa tujuan sprint dan prioritas pekerjaan jelas dan mudah dipahami oleh anggota tim.

0 comments:

Post a Comment