Setelah itu perjalanan runtuhnya Nokia dimulai dengan di awali ketika Aple meluncuarkan Aphone dengan sistem operasi IOS pada Januari 2007 dan di akhir tahun yang sama Google meluncurkan Android yang diberikan gratis kepada pengguna sebagai upaya android bisa menyebar luas dengan cepat. Upaya Google tidak sia-sia karena dalam waktu singkat, sebagian besar produsen HP berbondong-bondong menggunakan Andoid.
Sampai pada tahun 2009 sebagian vendor masih menggunakan
Symbian OS, Blackberry dan Iphone. Pengguna Andoid semakin mingkat pesat hingga
tahun 2016 pengguna Andoid mendominasi pasar dengan 84.8%. Seiring dengan itu
pengguna Symbian OS mengalami penurunan sejak tahun 2008 sampai dengan 2011
Pada tahun 2011, Nokia mengumumkan kemitraan dengan
Microsoft untuk mengadopsi sistem operasi Windows Phone pada produk-produk
Nokia, namun upaya ini tidak berhasil. Sampai pada September 2013 Nokia tiba di
titik nadir keruntuhannya ketika akhirnya mereka mengumumkan penjualan Divisi,
Perangkat dan layanan nya ke Microsoft.
Kenapa ya Nokia bisa mengalami itu ?
Jawabbanya ada pada hasil riset mendalam yang dilakukan oleh
timmo gorry dan Huii tentang Pasang Surut Nokia antara tahun 2005 hingga 2010,
riset tersebut diterbitkan dalam artikel berjudul “Distribute Attention &
Share Emotions in the Innovation Process: How Nokia Lost the Smartphone
Battle”. Hasil riset nya menemukan bahwa kekalahan Nokia bukan karena Visi
Mereka dan juga bukan karena kinerja manager mereka yang buruk, mereka gagal
karena iklim emosional yang Menakutkan. Ketakutan seperti itu lahir dari budaya
pemimpin yang tempramental dan Manager Menengah ketakutan untuk mengungkapkan
hal-hal yang sebenarnya terjadi. Diceritakan bahwa sang Presiden Eksekutif
sempat memukul meja begitu keras sehingga potongan buah beterbangan.
Olli-Pekka Kallasvuo Mantan CEO Nokia itu bahkan di
gambarkan sebagai sosok yang sangat tempramental dan tidak mau mendengar, tidak
heran kalau manager menengah takut untuk menyampaikan pendapat dan mereka
diminta untuk fokus mencapai renacana yang sudah di buat. Akhirnya mereka hanya
bersikap ABS (asal bapak senang) dan mengabaikan investasi jangka panjang untuk
invasi yang lebih compleks. Seorang manager mengungkapkan bahwa :
“Dalam divisi R&D Nokia, budaya yang ada hanya
untuk menyenangkan manager level atas. Mereka hanya ingin memberikan kabar
baik, bukan bersikap realistis pada
kenyataan.”
Akibatnya Nokia lambat menanggapi ancaman pesaing yang
semakin kuat. Padahal pada dekade awal abad ke-21 Nokia memmimpin industri yang
padat pengetahuan dengan perubahan yang cepat, tp setalah menjadi market leader
dengan produk Future phone Nokia ternyata tidak mampu mengenali potensi
platform preangkat lunak yang rumit dan mahal.
Sebaliknya Aple dan Google menghabiskan miliaran dollar
untuk mengambangkan platform IOS dan Android, langkah mereka memantik revolusi
smartphone yang membuat Symbian tidak lagi relevan diindustri.
0 comments:
Post a Comment