Sunday, May 7, 2023

Runtuhnya Nokia, Sang Raksasa Telekomunikasi

 Setelah itu perjalanan runtuhnya Nokia dimulai dengan di awali ketika Aple meluncuarkan Aphone dengan sistem operasi IOS pada Januari 2007 dan di akhir tahun yang sama Google meluncurkan Android yang diberikan gratis kepada pengguna sebagai upaya android bisa menyebar luas dengan cepat. Upaya Google tidak sia-sia karena dalam waktu singkat, sebagian besar produsen HP berbondong-bondong menggunakan Andoid.

Sampai pada tahun 2009 sebagian vendor masih menggunakan Symbian OS, Blackberry dan Iphone. Pengguna Andoid semakin mingkat pesat hingga tahun 2016 pengguna Andoid mendominasi pasar dengan 84.8%. Seiring dengan itu pengguna Symbian OS mengalami penurunan sejak tahun 2008 sampai dengan 2011

Pada tahun 2011, Nokia mengumumkan kemitraan dengan Microsoft untuk mengadopsi sistem operasi Windows Phone pada produk-produk Nokia, namun upaya ini tidak berhasil. Sampai pada September 2013 Nokia tiba di titik nadir keruntuhannya ketika akhirnya mereka mengumumkan penjualan Divisi, Perangkat dan layanan nya ke Microsoft.

Kenapa ya Nokia bisa mengalami itu ?

Jawabbanya ada pada hasil riset mendalam yang dilakukan oleh timmo gorry dan Huii tentang Pasang Surut Nokia antara tahun 2005 hingga 2010, riset tersebut diterbitkan dalam artikel berjudul “Distribute Attention & Share Emotions in the Innovation Process: How Nokia Lost the Smartphone Battle”. Hasil riset nya menemukan bahwa kekalahan Nokia bukan karena Visi Mereka dan juga bukan karena kinerja manager mereka yang buruk, mereka gagal karena iklim emosional yang Menakutkan. Ketakutan seperti itu lahir dari budaya pemimpin yang tempramental dan Manager Menengah ketakutan untuk mengungkapkan hal-hal yang sebenarnya terjadi. Diceritakan bahwa sang Presiden Eksekutif sempat memukul meja begitu keras sehingga potongan buah beterbangan.

Olli-Pekka Kallasvuo Mantan CEO Nokia itu bahkan di gambarkan sebagai sosok yang sangat tempramental dan tidak mau mendengar, tidak heran kalau manager menengah takut untuk menyampaikan pendapat dan mereka diminta untuk fokus mencapai renacana yang sudah di buat. Akhirnya mereka hanya bersikap ABS (asal bapak senang) dan mengabaikan investasi jangka panjang untuk invasi yang lebih compleks. Seorang manager mengungkapkan bahwa :

“Dalam divisi R&D Nokia, budaya yang ada hanya untuk menyenangkan manager level atas. Mereka hanya ingin memberikan kabar baik, bukan bersikap realistis  pada kenyataan.” 

Akibatnya Nokia lambat menanggapi ancaman pesaing yang semakin kuat. Padahal pada dekade awal abad ke-21 Nokia memmimpin industri yang padat pengetahuan dengan perubahan yang cepat, tp setalah menjadi market leader dengan produk Future phone Nokia ternyata tidak mampu mengenali potensi platform preangkat lunak yang rumit dan mahal.

Sebaliknya Aple dan Google menghabiskan miliaran dollar untuk mengambangkan platform IOS dan Android, langkah mereka memantik revolusi smartphone yang membuat Symbian tidak lagi relevan diindustri.

0 comments:

Post a Comment