Self Management
Pada dasarnya manusia adalah self-managing creature. Manusia adalah
mahluk yang Otonom yang artinya manusia
memiliki kehendak bebas untuk melakukan apa yang menurut dia baik bagi dirinya
sesuai dengan kapasitas yang dia miliki. Self-managing adalah kebutuhan dasar
manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang otonom, hal ini bukanlah sebuah
utopia.
Ketika seorang bayi terlahir, dia tidak memiliki pengetahuan sama sekali (sering disebut masih suci). Seorang bayi mendapatkan pengetahuan dari apa yang dia lihat dan dengar tanpa ada yang memerintah dia untuk mempelajari dan mempaktikkan apa yang dia lihat.
Pada dasarnya software developer adalah individu yang baik
adanya, kreatif, independent, self managing, dapat berpikir mandiri untuk
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Lalu apa yang membuat perilaku manusia menjadi tidak self-managing dalam
dunia kerja ?
Menurut saya ada dua hal yang mempengaruhi nya yaitu
Pendidikan dan system di dunia kerja.
1.
Pendidikan yang pasif
Saya adalah salah satu siswa yang mengalami Pendidikan yang
pasif dimana waktu Sekolah Dasar guru menyuruh semua murid di kelas untuk
satukan tangan di atas meja bahkan terkadang dilarang untuk bergerak dan
mendengarkan guru yang ngoceh di depan. Ketika SMP Pendidikan pasif yang saya
alami berubah dimana guru masuk dikelas memberikan buku kemudian menyuruh ketua
kelas membacakan dan yang lain menuliskan di buku tulisdan di SMA dan kuliah pun
begitu.
System Pendidikan di Indonesia telah berhasil mengembangkan
orang-orang yang pasif dan tidak mengerti apa itu self-managing karena selama enam belas tahun terbiasa pasif duduk
di kelas mendengarkan dan mengiyakan guru atau dosen yang sedang mengajar.
2.
System di dunia kerja
System di dunia kerja yang tanggung-jawab sepenuh nya
menjadi beban seorang manager, sehingga seorang manager merencanakan sedemikian
rinci dan memaksa semua orang mengikuti rencana yang manager buat.
Jika ada seorang software developer yang menerapkan
self-manage dan melakukan apa yang menurutnya baik, maka cara berpikir seperti
ini akan menempatkan software developer tersebut sebagai pribadi yang liar,
bebal, tidak bisa di atur, dan memiliki ketergantungan kepada otoritas yang
lebih tinggi darinya.
Self-managing bukan hanya perilaku dasar manusia, namun juga
perilkau dasar hewan cintaan tuhan lainnya.
Sekumpulan bebek akan mebentuk “V” ketika mereka akan
terbang ketempat baru. Ikan makarel akan berkelompok dalam jumlah besar untuk
menakuti ikan yang jauh lebih besar. Semut adalah hewan yang paling menarik.
Dalam koloni semut, tidak ada satu semut pun yang memimpin koloni dan
memerintah anggota koloni lainnya. Semut tahu benar kalau secara kesatuan
mereka dapdat melakukan hal yang besar. Semut self managing untuk bekerjasama
sebagai satu-kesatuan mencari makanan untuk koloninya dan menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan tanpa ada otoritas terpusat sama sekali. Kita sebagai
mahluk tuhan yang paling mulia seharusnya bisa memahami self-managing jau lebih
baik dari semut.
Sebagai seorang manager, kita harus mengerti bahwa
self-managing bukanlah perilaku liar yang tidak dilandasi tanggungjawab. Self-managing adalah sebuah kebebasan
dalam sebuah Batasan yang disepakati Bersama. Self-managing adalah
sebuah otonomi dalam bekerja dimana seorang software developer dapat menentukan
sendiri bagaimana cara yang terbaik untuk mereka menghasilkan tujuan yang
diminta.
Software developer membutuhkan otonomi dalam melakukan pekerjaan mereka, karena hanya dengan demikian potensi developer dapat berkembang menjadi seorang Rock-star Developer. Self-management juga mendukung perusahaan untuk bisa menjadi agile. Software developer yang masih harus diperintah tidak akan bergerak lebih cepat karena akan selalu ada lag-time untuk dia menunggu instruksi dari managernya.